Pemerintah Proyeksi Pertumbuhan Impor 2019 Jadi 7,1 Persen
Pemerintah Proyeksi Pertumbuhan Impor 2019 Jadi 7,1 Persen |
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menyebut pertumbuhan impor semakin mengecil seiring dengan kebijakan impor yang ditempuh pemerintah, seperti menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) impor.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 75,05 persen dari total impor pada periode Januari-Agustus atau senilai US$124,19 miliar merupakan impor bahan baku. Sedangkan, 15,73 persen dari total impor merupakan barang modal.
"Sehingga kami masih memperkirakan bahwa impor akan tinggi, namun masih akan di bawah 2018. Kami perkirakan pertumbuhan impor akan berlanjut ke angka 7,1 persen," jelas Suahasil di Gedung DPR, Selasa (18/9).
Berbagai kebijakan yang bisa mengurangi nilai impor tersebut, yakni kenaikan tarif PPh impor bagi 1.147 pos tarif. Selain itu, implementasi pencampuran biodiesel sebesar 20 persen kepada BBM jenis Solar (B-20) diharapkan juga bisa menekan impor migas.
Meski demikian, ia masih memperkirakan bahwa ekspor tahun depan tetap moderat. Kemenkeu beralasan perang dagang antara negara maju masih akan terjadi tahun depan.
Sementara, pertumbuhan ekonomi global akan stagnan dan volume perdagangan dunia akan sedikit turun. Diperkirakan pertumbuhan ekspor tahun depan akan berkisar 6,3 persen atau lebih kecil dari proyeksi tahun ini yang sebesar 7,2 persen.
Namun, dengan pertumbuhan impor yang melemah setidaknya bisa memperbaiki defisit transaksi berjalan dan bisa membantu penguatan nilai tukar rupiah ke depan.
"Ekspor terus positif dan ada moderasi di kisaran 7 persen yang sudah dimulai sejak semester II 2017," imbuh Suahasil.
Meski kinerja ekspor netto masih belum bisa menyokong pertumbuhan ekonomi, ia yakin pertumbuhan sebesar 5,3 persen pada tahun depan bisa dicapai. Angka itu bisa didapat melalui konsumsi rumah tangga yang diprediksi tumbuh 5,1 persen, konsumsi pemerintah yang mencapai 5,4 persen, Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh 7 persen.
"Dengan berbagai macam kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI), kami nyatakan target pertumbuhan ekonomi tahun depan 5,3 persen ini realistis dengan tekanan pasar dunia. Meski, ada potensi penurunan ke bawah 5,3 persen," terang dia.
Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk Myrdal Gunarto mengatakan pertumbuhan ekspor Indonesia ke depan masih akan lebih kecil dari pertumbuhan impornya.
Kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan baku masih akan membayangi nilai impor. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor akan lebih moderat karena pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan kenaikan harga komoditas yang terbatas.
Berbeda dengan pemerintah, ia justru melihat pertumbuhan ekspor hingga akhir tahun ini di kisaran 4,77 persen. Sementara, pertumbuhan impor hingga akhir 2018 akan berkisar 8,56 persen.
"Kami percaya bahwa kebijakan pengetatan moneter dibutuhkan untuk mencegah defisit neraca perdagangan, di mana kenaikan suku bunga acuan bisa menjadi disinsentif bagi impor lebih jauh," tandasnya.
No comments